Tradisi yang khas dari Kecamatan Sudimoro adalah Gembluk Kromomedjo. Tradisi ini merupakan upacara untuk memperingati Geger Gunung Slurung. Tradisi ini erat kaitannya dengan sejarah pada tahun 1930an. Pada tahun tersebut pemerintah Belanda hendak melakukan cacah jiwa (menghitung jumlah penduduk) di wilayah Sudimoro yang masih terisolasi dari dunia luar.


Sayangnya, saat itu salah satu warga bernama Kromomedjo menolak adanya cacah jiwa. Ia salah memahami maksud dari cacah jiwa (menurutnya cacah jiwa adalah hal yang akan menyakiti warga karena berupaya mencacah jiwa warga). Karena penolakannya tersebut, Kromomedjo dan pengikutnya dibunuh oleh tentara Belanda dan peristiwa itu dikenal dengan nama Geger Gunung Slurung.